Symptoms of Swine Flu

Friday, May 15, 2009

Malaysia pushing for WHO to adopt exit screening

PUTRAJAYA (May 15, 2009): Malaysia is pushing for the World Health Organisation (WHO) to adopt a requirement for affected countries to implement exit screening to stop the spread of the new Influenza A disease, following concerns that a second wave of the H1N1 disease can be more deadly.

Health Minister Datuk Seri Liow Tiong Lai said currently WHO did not make exit screening mandatory to contain the spread of the disease and this had created tremendous pressure on other countries that were not affected by the outbreak to remain so.

WHO is not recommending travel restrictions following the outbreak, but has advised individuals who are ill to delay their travel plans and returning travellers who fall ill, to seek appropriate medical care.

The issue of exit screening was first brought up during the Asean Plus Three Health Ministers Meeting in Bangkok last week, but some countries were against making it mandatory as it would have an impact on travel and trade, especially at a time when many countries are facing an economic downturn, with huge costs involved.

"If we can have travellers from affected countries screened before they are allowed to travel out, this will help us to contain the spread of such virus to other places," he told Bernama here before leaving for the 62nd WHO General Assembly in Geneva, Switzerland.

The general assembly, scheduled for May 18-22, will discuss a number of public health issues, including pandemic influenza preparedness, sharing of information on the influenza virus and access to vaccines and other benefits.

Liow said Malaysia and some other countries would push for WHO to adopt exit screening as a compulsory measure in the case of any outbreak in any country.

"We are pushing for this during the WHO general assembly in Geneva this weekend. Even at the Asean Plus Three Health Ministers Meeting in Bangkok (last week), not all countries agreed to it. But we hope WHO will pay attention to this," he said.

Apart from that, Liow said Malaysia would get the latest information on the H1N1 virus from WHO, as well as on the development of new vaccines while looking into stockpiling more anti-viral drugs for the country.

"We would like to bring to WHO's attention on the need for equal distribution of anti-viral drugs as well as other stockpiles as we are worried about the second wave of attack," he said.

Experts have said the Influenza A(H1NI) outbreak is similar to the 1918 influenza pandemic as the viruses are similar and mutated.

The 1918 influenza pandemic, which killed tens of millions of people, began mild and returned within six months in a much more lethal form.

"We've got to be prepared for this second, or even possible third wave while the government has decided to take all the precautionary measures as a long-term or permanent solution to the influenza outbreak although it has not hit us yet," Liow said.

WHO said the new H1N1 flu virus could still mutate into a more virulent form and spark an influenza pandemic that could be expected to circle the globe up to three times.

The world health body has warned that the impact of any pandemic would vary, as a virus that causes only mild illness in countries with a strong healthcare system can become "devastating" in those with a weak healthcare system, shortage of drugs and poorly equipped hospitals.

According to WHO, the H1N1 viral infection, commonly referred to as swine flu, "appears to be more contagious than seasonal influenza and nearly the

world's whole population lacks immunity to the new disease".

So far, the virus shows no signs of sustained person-to-person spread outside North America.

Some 6,497 people have been infected in 33 countries, according to WHO's tally on Friday with the hardest hit being Mexico with 60 deaths so far. – Bernama


Monday, May 11, 2009

Wabah Flu Babi : 3 Protap Bagi Tamu dari Luar Negeri

Jakarta - Bertepatan dengan penyebaran flu babi, Indonesia menjadi tuan rumah dua hajatan penting internasional. Tiga langkah antisipasi telah ditetapkan sebagai prosedur tetap (protap) demi mencegah penyebaran virus H1N1 yang barangkali 'menumpangi' anggota delegasi negara sahabat.

"Protap penanggulangan dan pengendalian influenza ini untuk mengamankan ADB Meeting di Bali dan WOC (World Ocean Conference) di Manado," kata Menkes Siti Fadilah Supari di Kantor Depkes RI, Jl HR Rasuna Said, Jakarta, Senin (4/5/2009).

Tiga protap tersebut adalah;

1. Melakukan pemantauan dan penjaringan di terminal kedatangan bandar udara internasional kepada setiap penumpang.

2. Bila ada penumpang yang dicurigai terjangkit virus influenza H1N1, langsung dilarikan ke RS rujukan.

3. Setiap penumpang yang dicurigai terjangkit virus influenza H1N1 wajib mengikuti seluruh ketentuan yang berlaku demi mencegah penyebaran flu babi.

Setiap yang dikenai status suspect flu babi akan diambil contoh jaringannya untuk kemudian diteliti lebih lanjut. Mereka juga berhak meminta second opinion dari tenaga ahli asal negaranya masing-masinng.

"Pembiayaan yang timbul menjadi tanggungan pemerintah. Semua dokter dan tenaga kesehatan sudah mendapatkan wawasan tentang penanganan dugaan infeksi influenza ini," sambung Menkes.

Sumber : http://www.detiknews.com

Friday, May 8, 2009

Flu Babi, Cina, Meksiko, Kanada

Oleh A. Dahana

MENGHADAPI ancaman berkecamuknya pandemik flu babi dari Meksiko, cara pencegahan yang ditempuh pemerintah Cina tak main-main. Bahkan boleh dikatakan ekstrem, alias tak pandang bulu.

Sejak 24 April lalu Departemen Kesehatan Cina mengumandangkan tanda bahaya yang mengharuskan khalayak melaporkan adanya gejala flu babi terutama di gerbang masuk negara. Warga Cina, wisatawan asing dan orang-orang yang melakukan perjalanan dari wilayah terinfeksi harus menjalani pemeriksaan tanpa kecuali.

Kementerian Kesehatan juga meminta kerjasama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melakukan langkah-langkah dasar guna mencegah penyebaran penyakit itu di wilayahnya. Ia patut khawatir, karena dari sekitar 1.000 orang penderita seluruh dunia, di Meksiko telah tewas 60 orang dan sebegitu jauh di Amerika telah jatuh tujuh korban.

Pemerintah juga mengkampanyekan cara hidup untuk terhindar dari penyakit yang dapat mematikan itu. Para pekerja kesehatan mendatangi sekolah-sekolah dan pemukiman guna mendidik rakyat tentang cara hidup sehat. Selalu mencuci tangan terutama setelah keluar rumah dianggap sebagai cara terbaik bebas dari ancaman flu babi.

Wilayah yang paling sibuk adalah Hong Kong. Sebagai pintu masuk ke daratan Cina melalui Propinsi Guangdong, wilayah bekas jajahan Inggris itu telah menyiagakan seluruh unit kesehatan. Di setiap pintu keluar bandara dan pelabuhan laut telah terpasang alat monitor suhu tubuh penumpang.

Siapapun yang ditengarai menunjukkan gejala flu langsung dikarantinakan dan dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan. Penyakit yang ada hubungannya dengan babi dikhawatirkan telah merambah ke Cina. Di propinsi barat daya Sichuan telah diketemukan 171 kasus penyakit yang ada hubungannya dengan babi.

Tak kurang dari 34 orang telah tewas akibat bakteri streptococcus yang ditengarai berasal dari babi itu. Namun, masih sedang diteliti kalau wabah itu berasal atau sama dengan virus flu babi yang nyelonong dari Meksiko. Penyakit itu menyerang para penyembelih babi di sebuah rumah pemotongan hewan.

Peraturan ketat juga diterapkan kepada kalangan pers. Wartawan dilarang mengunjungi wilayah terinfeksi dan hanya boleh mengutip siaran resmi dalam pemberitaan mereka.

Tindakan pemerintah Cina itu berdasarkan pengalaman mereka dalam menghadapi wabah severe acute respiratory syndrome (SARS) pada 2003.

Di Guangdong telah disiapkan tiga rumah sakit setingkat propinsi untuk menangani setiap kasus flu babi. Selain itu si setiap kota telah ditunjuk sebuah rumah sakit untuk merawat orang yang dicurigai terinfeksi penyakit itu.

“Kami telah mengorganisasikan para ahli medis yang berpengalaman dalam menangani SARS,” kata Huang Fei, Wakil Direktur Biro Kesehatan Propinsi Guangdong.

Langkah-langkah pencegahan Cina telah mendapat pujian dari WHO. "Negeri ini benar-benar siap menghadapi ancaman pandemi flu babi,” kata Hans Troedson, kepala perwakilan WHO di Cina.

Namun, langkah keras yang ditempuh Cina telah sempat menyebabkan friksi dengan pemerintah Meksiko. Para pejabat luar negeri Meksiko menuduh Cina telah memperlakukan warganya yang sedang melakukan perjalanan di Cina — terutama para turis—secara tak adil.

Karena penyakit itu berasal dari Meksiko, para turis negara itu tentu saja menjadi sasaran utama pemeriksaan kesehatan. Cina juga telah membatalkan semua penerbangan ke Meksiko. Pada berbagai kasus, orang tanpa gejala penyakit itu langsung dikarantinakan dan dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan. Menurut pemerintah Meksiko, sampai dua hari lalu ada sekitar 400 warganya yang masuk karantina dan tak boleh dijenguk oleh pejabat kedutaan besar.

Para wisatawan Meksiko itu ditahan di hotel dan wisma di berbagai kota di Cina, termasuk Hong Kong dan Shanghai. Pemerintah Cina menjawab bahwa hal itu sah dan demi melindungi kepentingan umum.

Untuk melindungi warganya, pemerintah Meksiko terpaksa mengirim pesawat khusus guna menjemput warganya yang dikarantinakan di berbagai kota di Cina.

Ternyata bukan hanya Meksiko yang mengeluh tentang langkah keras Cina. Pemerintah Kanada mempertanyakan tentang 22 siswanya yang ditahan di sebuah hotel, walaupun mereka mengatakan tak ada satupun yang menunjukkan gejala flu. Diperkirakan tindakan terhadap para siswa Kanada itu diambil setelah ada seorang Kanada yang sedang melancong di Cina terkena penyakit itu.

Dalam sebuah negara bersistem otoriter, adalah relatif mudah bagi penguasa mengkonsolidasikan kekuatan aparat dan masyarakat untuk melakukan tindakan, tak peduli apakah itu sah atau tidak. Seringkali pula aparat pelaksana di lapangan menempuh jalan lebih ekstrem dari apa yang diperintahkan dari atas.

Langkah penguasa lokal menahan para turis Meksiko dan siswa Kanada seperti yang terjadi di Cina bisa jadi contoh. Namun, dipandang dari pertimbangan bahwa sampai saat tulisan ini dibuat sudah ada 1.124 orang di 21 negara terinfeksi flu babi, tindakan Cina itu mnasuk akal juga.

Ada lagi alasan lain. Cina tak mau lagi menjadi cercaan dunia akibat tindakannya yang dianggap lamban dalam menangani epidemi SARS pada 2003. [L1]

Sumber : Inilah.com


Saturday, May 2, 2009

Info OMKA : Awas, Botol Minuman Berbahaya

INILAH.COM,Jakarta-Botol minuman kemasan selama ini dinilai aman bagi kesehatan manusia. Namun bukti baru menunjukkan, plastik botol minuman bisa menghasilkan zat kimia yang bersinggungan dengan zat ekstrogen.
Ilmuwan di Jerman menemukan plastik PET yang biasa digunakan sebagai bahan botol minuman kemasan bisa menghasilkan zat kimia yang bercampur ke dalam air.
“Terlalu cepat untuk mengatakan minuman kemasan dalam botol plastik PET berbahaya bagi kesehatan manusia,” kata kepala peneliti Martin Wagner, di Goethe University di Frankfurt.
Namun ada kemungkinan bahan kimia tertentu di dalam plastik berpotensi bersinggungan dengan estrogen serta hormon reproduksi lain .
“Apa yang kami dapatkan sungguh mengejutkan. Jika Anda minum air dari botol kemasan maka kemungkinan besar akan meminum senyawa estrogenik,” kata Wagner.
Penelitian itu menambah kekhawatiran terhadap produk yang menggunakan plastik.
“Ini waktu yang tepat karena penggunaan botol untuk minuman mendapat sorotan karena menghasilkan karbon. Apalagi dengan ditambah permasalahan itu,” kata Shanna Swan, epidemiologist di University of Rochester School of Medicine and Dentistry di New York.
Wagner dan koleganya menggunakan jamur yang sudah direkayasa secara genetik untuk menganalisa dua puluh contoh minuman dalam kemasan. Sembilan sample menggunakan botol gelas, 9 botol plastik PET dan dua kotak seperti kotak jus.
Jamur ternyata berubah warna yang menunjukkan senyawa estrogen di tujuh dari sembilan botol plastik. Sementara dengan menggunakan gelas hanya tiga. Wagner mengatakan hasil itu menunjukkan sangat tinggi.[ito]
Sumber : http://www.inilah.com

Pencapaian Program 2007 Seksi Karantina & SE KKP Kelas II Medan

Menkes di Embarkasi MES

Menkes di Embarkasi MES

Menkes, Wakil Kadiskes SUMUT & Kepala KKP Medan

Menkes, Wakil Kadiskes SUMUT & Kepala KKP Medan

Dirjen di Embarkasi MES

Dirjen di Embarkasi MES

Peserta ATLS dari KKP se-Indonesia

Peserta ATLS dari KKP se-Indonesia