Symptoms of Swine Flu

Friday, May 8, 2009

Flu Babi, Cina, Meksiko, Kanada

Oleh A. Dahana

MENGHADAPI ancaman berkecamuknya pandemik flu babi dari Meksiko, cara pencegahan yang ditempuh pemerintah Cina tak main-main. Bahkan boleh dikatakan ekstrem, alias tak pandang bulu.

Sejak 24 April lalu Departemen Kesehatan Cina mengumandangkan tanda bahaya yang mengharuskan khalayak melaporkan adanya gejala flu babi terutama di gerbang masuk negara. Warga Cina, wisatawan asing dan orang-orang yang melakukan perjalanan dari wilayah terinfeksi harus menjalani pemeriksaan tanpa kecuali.

Kementerian Kesehatan juga meminta kerjasama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melakukan langkah-langkah dasar guna mencegah penyebaran penyakit itu di wilayahnya. Ia patut khawatir, karena dari sekitar 1.000 orang penderita seluruh dunia, di Meksiko telah tewas 60 orang dan sebegitu jauh di Amerika telah jatuh tujuh korban.

Pemerintah juga mengkampanyekan cara hidup untuk terhindar dari penyakit yang dapat mematikan itu. Para pekerja kesehatan mendatangi sekolah-sekolah dan pemukiman guna mendidik rakyat tentang cara hidup sehat. Selalu mencuci tangan terutama setelah keluar rumah dianggap sebagai cara terbaik bebas dari ancaman flu babi.

Wilayah yang paling sibuk adalah Hong Kong. Sebagai pintu masuk ke daratan Cina melalui Propinsi Guangdong, wilayah bekas jajahan Inggris itu telah menyiagakan seluruh unit kesehatan. Di setiap pintu keluar bandara dan pelabuhan laut telah terpasang alat monitor suhu tubuh penumpang.

Siapapun yang ditengarai menunjukkan gejala flu langsung dikarantinakan dan dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan. Penyakit yang ada hubungannya dengan babi dikhawatirkan telah merambah ke Cina. Di propinsi barat daya Sichuan telah diketemukan 171 kasus penyakit yang ada hubungannya dengan babi.

Tak kurang dari 34 orang telah tewas akibat bakteri streptococcus yang ditengarai berasal dari babi itu. Namun, masih sedang diteliti kalau wabah itu berasal atau sama dengan virus flu babi yang nyelonong dari Meksiko. Penyakit itu menyerang para penyembelih babi di sebuah rumah pemotongan hewan.

Peraturan ketat juga diterapkan kepada kalangan pers. Wartawan dilarang mengunjungi wilayah terinfeksi dan hanya boleh mengutip siaran resmi dalam pemberitaan mereka.

Tindakan pemerintah Cina itu berdasarkan pengalaman mereka dalam menghadapi wabah severe acute respiratory syndrome (SARS) pada 2003.

Di Guangdong telah disiapkan tiga rumah sakit setingkat propinsi untuk menangani setiap kasus flu babi. Selain itu si setiap kota telah ditunjuk sebuah rumah sakit untuk merawat orang yang dicurigai terinfeksi penyakit itu.

“Kami telah mengorganisasikan para ahli medis yang berpengalaman dalam menangani SARS,” kata Huang Fei, Wakil Direktur Biro Kesehatan Propinsi Guangdong.

Langkah-langkah pencegahan Cina telah mendapat pujian dari WHO. "Negeri ini benar-benar siap menghadapi ancaman pandemi flu babi,” kata Hans Troedson, kepala perwakilan WHO di Cina.

Namun, langkah keras yang ditempuh Cina telah sempat menyebabkan friksi dengan pemerintah Meksiko. Para pejabat luar negeri Meksiko menuduh Cina telah memperlakukan warganya yang sedang melakukan perjalanan di Cina — terutama para turis—secara tak adil.

Karena penyakit itu berasal dari Meksiko, para turis negara itu tentu saja menjadi sasaran utama pemeriksaan kesehatan. Cina juga telah membatalkan semua penerbangan ke Meksiko. Pada berbagai kasus, orang tanpa gejala penyakit itu langsung dikarantinakan dan dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan. Menurut pemerintah Meksiko, sampai dua hari lalu ada sekitar 400 warganya yang masuk karantina dan tak boleh dijenguk oleh pejabat kedutaan besar.

Para wisatawan Meksiko itu ditahan di hotel dan wisma di berbagai kota di Cina, termasuk Hong Kong dan Shanghai. Pemerintah Cina menjawab bahwa hal itu sah dan demi melindungi kepentingan umum.

Untuk melindungi warganya, pemerintah Meksiko terpaksa mengirim pesawat khusus guna menjemput warganya yang dikarantinakan di berbagai kota di Cina.

Ternyata bukan hanya Meksiko yang mengeluh tentang langkah keras Cina. Pemerintah Kanada mempertanyakan tentang 22 siswanya yang ditahan di sebuah hotel, walaupun mereka mengatakan tak ada satupun yang menunjukkan gejala flu. Diperkirakan tindakan terhadap para siswa Kanada itu diambil setelah ada seorang Kanada yang sedang melancong di Cina terkena penyakit itu.

Dalam sebuah negara bersistem otoriter, adalah relatif mudah bagi penguasa mengkonsolidasikan kekuatan aparat dan masyarakat untuk melakukan tindakan, tak peduli apakah itu sah atau tidak. Seringkali pula aparat pelaksana di lapangan menempuh jalan lebih ekstrem dari apa yang diperintahkan dari atas.

Langkah penguasa lokal menahan para turis Meksiko dan siswa Kanada seperti yang terjadi di Cina bisa jadi contoh. Namun, dipandang dari pertimbangan bahwa sampai saat tulisan ini dibuat sudah ada 1.124 orang di 21 negara terinfeksi flu babi, tindakan Cina itu mnasuk akal juga.

Ada lagi alasan lain. Cina tak mau lagi menjadi cercaan dunia akibat tindakannya yang dianggap lamban dalam menangani epidemi SARS pada 2003. [L1]

Sumber : Inilah.com


Pencapaian Program 2007 Seksi Karantina & SE KKP Kelas II Medan

Menkes di Embarkasi MES

Menkes di Embarkasi MES

Menkes, Wakil Kadiskes SUMUT & Kepala KKP Medan

Menkes, Wakil Kadiskes SUMUT & Kepala KKP Medan

Dirjen di Embarkasi MES

Dirjen di Embarkasi MES

Peserta ATLS dari KKP se-Indonesia

Peserta ATLS dari KKP se-Indonesia