Jenewa (ANTARA News/Xinhua-OANA) - Sedikitnya 7.826 orang di seluruh dunia tewas karena influensa A/H1N1 sejak virus flu baru itu ditemukan April lalu, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam pembaruan data terakhirnya Jumat.
Dari semua korban tewas itu, 5.360 orang terjadi Amerika, 738 di Asia Timur Laut dan paling tidak 650 orang di Eropa.Tiga kawasan WHO lainnya, yakni Pasifik Barat, Laut Tengah Timur dan Afrika masing-masing dilaporkan 644, 330 dan 104 orang menemui ajal karena virus yang juga dikenal sebagai flu babi itu.
WHO, yang mengumumkan flu A/H1N1 sebagai wabah pada Juni lalu, mengatakan bahwa sejauh ini lebih dari 207 negara dan kawasan luar negeri atau masyarakat telah melaporkan kasus yang telah dikonfirmasikan laboratorium , mencapai total lebih dari 622.482 jiwa.
Namun kasus ini masih dianggap jauh lebih rendah dibanding jumlah kasus yang sebenarnya terjadi, karena banyak negara berhenti melakukan pengujian dan pelaporan kasus perorangan di negerinya.Pada saat ini, aktivitas wabah masih tinggi terutama di sebagian besar negara di belahan bumi utara, namun mulai rendah di belahan bumi selatan, kata WHO.
Namun ada tanda-tanda bahwa aktivitas penyakit itu memuncak di Amerika Serikat, dan jumlahnya terbatas di negara-negara Eropa. "Tapi secara keseluruhan hingga kini, pihaknya masih terlalu dini untuk mengatakan apakah kita menyaksikan puncak aktivitas virus itu di belahan bumi utara," menurut Dr. Keiji Fukuda, pakar flu terkenal WHO."Kami perkirakan aktivitas virus itu terus berlanjut setidaknya beberapa pekan di belahan bumi utara, sebelum kita saksikan penurunannya," kata Fukuda kepada para wartawan Kamis lalu.
Sumber : Antara Online
Symptoms of Swine Flu
Sunday, November 29, 2009
Mutasi Virus Flu Babi Menyebar di Eropa
Paris (ANTARA News/AFP) - Mutasi virus flu babi menyebar di Eropa, kata beberapa pejabat kesehatan Prancis, Jumat, sementara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan kenaikan kematian akibat penyakit itu lebih dari 1.000 dalam satu pekan.
Dua pasien yang terinfeksi virus yang bermutasi yang baru-baru ini juga dideteksi di Norwegia telah meninggal di Prancis, kata Lembaga Pengawasan Kesehatan pemerintah (InVS) dalam satu pernyataan."Mutasi ini dapat meningkatkan kemampuan virus tersebut guna mempengaruhi saluran pernafasan dan, terutama, jaringan paru-paru," demikian antara lain isi pernyataan itu.
"... Salah seorang pasien ini, mutasi ini disertai oleh mutasi lain yang diketahui memberi perlawanan terhadap oseltamivir," katanya.
Pernyataan tersebut merujuk kepada obat utama yang kini digunakan untuk mengobati flu babi A/H1N1, dengan menggunakan nama Tamiflu.Kasus tersebut adalah rangkaian pertama virus yang tahan obat yang ditemukan di Prancis di antara 1.200 rangkaian yang telah dianalisis para ahli di Paris, kata InVS, yang menambahkan, "Keefektifan vaksin yang tersedia saat ini tidak dipertanyakan."Kedua pasien itu tak berkaitan dan telah dirawat di dua kota berbeda di Prancis, katanya.
WHO, Jumat, menyatakan korban tewas telah mencapai sedikitnya 7.836 di seluruh dunia sejak virus flu babi A/H1N1 pertama kali ditemukan pada April.
Jumlah kematian yang dilaporkan ke lembaga kesehatan PBB tersebut memperlihatkan kenaikan tajam di Amerika, tempat 5.360 kematian kini telah dicatat dibandingkan sebanyak 4.806 satu pekan sebelumnya.
Namun Eropa juga melaporkan peningkatan dengan sedikitnya 650 kematian, kenaikan 300 kematian atau 85 persen dari data yang dikirim satu pekan sebelumnya.
"Pertanyaannya ialah apakah mutasi ini kembali menunjukkan bahwa ada perubahan mendasar yang sedang berlangsung pada virus itu --apakah terjadi perubahan menuju kondisi yang lebih buruk dalam hal parahnya penyakit tersebut," kata Keiji Fukuda, penasihat khusus WHO mengenai wabah influenza."Jawabannya saat ini ialah kami tidak yakin," kata Fukuda, menyusul tersiarnya laporan dari China, Jepang, Norwegia, Ukraina dan Amerika Serikat.
Namun ia menyatakan mutasi biasa terjadi pada virus influenza. "Jika setiap mutasi dilaporkan, maka itu akan seperti melaporkan perubahan cuaca," katanya."Apa yang sedang kami upayakan ketika kami melihat laporan mengenai mutasi ialah mengidentifikasi apakah mutasi ini mengarah kepada beberapa jenis perubahan dalam gambaran klinik --apakah semua itu mengakibatkan penyakit yang lebih atau kurang parah?""Kami juga sedang berusaha melihat apakah virus ini meningkat di luar sana karena itu akan menunjukkan perubahan epidemiologi," katanya.
China, Kamis (26/11) menyatakan negara tersebut telah menemukan delapan orang yang terserang versi virus babi yang bermutasi sementara Norwegia pekan sebelumnya menyatakan negara itu telah mendeteksi satu kasus.
Fukuda juga mengatakan lembaga kesehatan PBB tersebut juga sedang meneliti kasus tahan terhadap Tamiflu yang dilaporkan di Inggris dan Amerika Serikat, tapi menyatakan semua itu berkaitan dengan orang yang sudah menjalani pengobatan karena penyakit lain atau yang memang memiliki masalah kesehatan.
Oleh karena itu, badan kesehatan tersebut mempertahankan penilaiannya bahwa Tamiflu, yang dihasilkan oleh pembuat obat Swiss, Roche, tetap "efektif" sebagai obat bagi flu babi, tapi "kami memang harus berhati-hati pada orang yang sangat rentan ini".
Sumber : Antara Online
Subscribe to:
Posts (Atom)