Symptoms of Swine Flu
Sunday, November 29, 2009
WHO: Korban Flu H1N1 Sudah 7.826 Orang
Dari semua korban tewas itu, 5.360 orang terjadi Amerika, 738 di Asia Timur Laut dan paling tidak 650 orang di Eropa.Tiga kawasan WHO lainnya, yakni Pasifik Barat, Laut Tengah Timur dan Afrika masing-masing dilaporkan 644, 330 dan 104 orang menemui ajal karena virus yang juga dikenal sebagai flu babi itu.
WHO, yang mengumumkan flu A/H1N1 sebagai wabah pada Juni lalu, mengatakan bahwa sejauh ini lebih dari 207 negara dan kawasan luar negeri atau masyarakat telah melaporkan kasus yang telah dikonfirmasikan laboratorium , mencapai total lebih dari 622.482 jiwa.
Namun kasus ini masih dianggap jauh lebih rendah dibanding jumlah kasus yang sebenarnya terjadi, karena banyak negara berhenti melakukan pengujian dan pelaporan kasus perorangan di negerinya.Pada saat ini, aktivitas wabah masih tinggi terutama di sebagian besar negara di belahan bumi utara, namun mulai rendah di belahan bumi selatan, kata WHO.
Namun ada tanda-tanda bahwa aktivitas penyakit itu memuncak di Amerika Serikat, dan jumlahnya terbatas di negara-negara Eropa. "Tapi secara keseluruhan hingga kini, pihaknya masih terlalu dini untuk mengatakan apakah kita menyaksikan puncak aktivitas virus itu di belahan bumi utara," menurut Dr. Keiji Fukuda, pakar flu terkenal WHO."Kami perkirakan aktivitas virus itu terus berlanjut setidaknya beberapa pekan di belahan bumi utara, sebelum kita saksikan penurunannya," kata Fukuda kepada para wartawan Kamis lalu.
Sumber : Antara Online
Mutasi Virus Flu Babi Menyebar di Eropa
Tuesday, September 29, 2009
Indonesia to produce A/H1N1 flu vaccine
The plan comes after the United Nations recently asked major vaccine producer firms in the world, including Indonesia's drug maker Biofarma, to produce the vaccine, Director General of Disease Control and Environmental Health of the ministry Tjandra Yoga Aditama said.
"As the World Health Organization (WHO) has said that the world could only produce 3 billion doses of the flu vaccine out of 5 billion doses expectation. So, we will produce the vaccine," Yoga told Xinhua at his office when asked whether Indonesia will produce the A/H1N1 flu vaccine.
But, it had not been determined yet the amount of the vaccines to be produced by Biofarma and whether Indonesia would join other countries move to donate the vaccine to under developed countries, he said, adding "Let's wait until two months after the preparation process is completed, then all will be clear, such as the amount of the vaccine to be produced, whether they are only for us or to be given to other countries."
The director said that the development of the A/H1N1 influenza virus has often unpredictable, but his ministry would keep closely to watch it.
Thursday, September 24, 2009
Kematian Pertama di AS Akibat Virus West Nile
San Francisco (ANTARA News) - Seorang perempuan yang berusia 71 tahun diduga menjadi orang pertama di negara bagian Washington, AS, yang meninggal akibat virus West Nile tahun ini, demikian laporan media lokal, Rabu, seperti dilaporkan Xinhua.
Perempuan itu, yang berasal dari kota Sunnyside, meninggal Sabtu lalu, dan suaminya mengatakan beberapa dokter memberi tahu dia bahwa istrinya adalah korban virus West Nile, kata Yakima Herald-Republic, surat kabar negara bagian Washington, dalam satu laporan.
Pemeriksaan awal memperlihatkan perempuan tersebut mungkin telah terinfeksi virus West Nile, tapi beberapa pejabat kesehatan mengatakan banyak contoh telah dikirim ke laboratorium U.S. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan hasil akhir masih ditunggu.
Jika dikonfirmasi, itu akan menjadi kematian pertama pada manusia akibat virus West Nile di negara bagian Washington dan kesembilan di Amerika Serikat tahun ini.Keterangan yang disiarkan di laman CDC menyatakan sebanyak delapan orang di engara bagian Idaho, Indiana, Mississippi, New Mexico, Teksas, dan Wyoming, AS, meninggal akibat virus West Nile sepanjang tahun ini.
Virus West Nile biasanya disebarkan ke manusia oleh nyamuk yang menghisap darah burung yang terinfeksi, dan menimbulkan gejala seperti sakit kepala, demam tinggi, tengkuk kaku, pingsan, pelupa, gemetar, sawan, otot lemah, lumpuh dan koma.
Meskipun virus tersebut takkan membuat sakit sebagian besar orang yang terinfeksi, virus itu dapat mengakibatkan kematian dalam kasus langka, kata beberapa ahli kesehatan.
Sumber : Antara OL
Tuesday, September 8, 2009
Badan POM RI Luncurkan Mobil Laboratorium Keliling
Maraknya peredaran makanan/minuman, obat dan kosmetik yang mengandung bahan berbahaya membuat Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM) RI meningkatkan pengawasan dan pengamanan barang-barang tersebut yang beredar di masyarakat. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Badan POM RI dr. Husniah Rubiana Thamrin Akib, MS, MKes, SpFK saat peluncuran mobil laboratorium keliling pada Senin, 7 September 2009 di kantor Badan POM, Jakarta.
Peluncuran mobil laboratorium keliling ini dilakukan untuk membantu mengurangi hambatan-hambatan seperti jarak yang jauh, kemacetan, dan waktu tempuh saat Badan POM melakukan pemeriksaan atau sampling di berbagai lokasi. Selama ini proses tersebut dilakukan dengan cara pihak Badan POM mendatangi lokasi yang dimaksud, mengambil sampel dan kemudian dikirim ke laboratorium di kantor Badan POM. Dengan adanya mobil laboratorium keliling ini, maka pemeriksaan tersebut dapat dilakukan saat itu juga di lokasi dengan menggunakan peralatan yang tersedia pada laboratorium keliling, ujar dr. Husniah.
Sunday, September 6, 2009
Penyakit Campak Mengancam
Senin, 7 September 2009 | 03:10 WIB
Sejumlah daerah belum optimal melakukan imunisasi, dengan cakupan kurang dari 90 persen pada tahun 2008. Untuk imunisasi campak di Papua, misalnya, baru tercakup 60,7 persen, Sulawesi Barat 77,6 persen, dan Nusa Tenggara Timur 74,2 persen. Campak merupakan penyakit yang ditandai oleh demam tinggi dan adanya bintik-bintik merah. Penyakit ini di dunia membunuh satu dari 1.000 kasus infeksi.
Tidak tercapainya target imunisasi hingga mencakup semua bayi, di beberapa daerah, antara lain disebabkan pemahaman masyarakat yang masih terbatas bahkan keliru terhadap imunisasi, terutama di perkotaan. Adapun di pedesaan karena minimnya infrastruktur dan rendahnya cara hidup sehat.
”Keberhasilan program imunisasi sangat tergantung dari kesiapan petugas kesehatan, tingkat kesadaran masyarakat, dan alat untuk menjamin efektivitas vaksin,” kata Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Tjandra Yoga Aditama, Sabtu (5/9) di Jakarta.
Upaya imunisasi di Indonesia telah dilakukan sejak tahun 1970-an pada bayi dan anak. Sesuai program imunisasi pemerintah, ada lima jenis imunisasi yang wajib diberikan kepada bayi usia 0-11 bulan, yaitu polio, BCG, hepatitis B, DPT, dan campak.
Adapun imunisasi yang dianjurkan adalah MMR, Hib, tifoid, hepatitis A, varisela, PPV, dan pneumokokus (IPD).
Beberapa manfaat imunisasi yang wajib diberikan itu antara lain vaksin hepatitis B mencegah infeksi hepatitis B, vaksin BCG untuk menghindari tuberkulosis berat, vaksin DPT untuk mencegah difteri, batuk rejan (pertusis) dan tetanus. Adapun vaksin polio untuk menghindari penyakit polio.
Namun, cakupan imunisasi yang wajib diberikan itu menurun beberapa tahun terakhir dibandingkan dengan 10 tahun lalu. Sebagai contoh, cakupan imunisasi DPT tahun 1997 secara nasional mencapai 100 persen atau lebih, sedangkan tahun 2008 cakupannya turun menjadi 91,6 persen. Dengan sasaran imunisasi pada bayi sekitar 5 juta anak, ini berarti ada sekitar 420.000 bayi tidak mendapat vaksin DPT.
Kondisi ini menyebabkan sejumlah penyakit infeksi pada anak balita belum bisa diatasi hingga tak ada lagi kasus. Sebagai contoh, angka kasus campak tahun 2007 berjumlah 18.488 orang. Polio muncul tahun 2005 setelah tidak ditemukan sejak tahun 1995 meski berhasil dieliminasi setelah imunisasi nasional.
Mencegah infeksi
Imunisasi merupakan hal mendasar untuk diberikan kepada setiap anak. ”Masa depan bangsa ditentukan anak saat ini. Karena itu, salah satu sasaran Millennium Development Goals 2015 adalah menurunkan angka kematian bayi dan anak balita, membasmi berbagai penyakit infeksi,” kata Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Bagriul Hegar.
Sejauh ini, kematian anak di bawah usia satu tahun di Indonesia sangat tinggi. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, angka kematian bayi tahun 2007 adalah 34 per 1.000 kelahiran hidup. ”Angka kematian bayi di Indonesia tertinggi di antara negara ASEAN,” ujar Sri Rezeki S Hadinegoro, Ketua Satuan Tugas Imunisasi IDAI.
Sekitar 75 persen dari kematian bayi di bawah umur 1 tahun karena infeksi saluran napas akut (ISPA), komplikasi perinatal (bayi umur 0-28 hari), dan diare. Karena itu, upaya mengatasi ketiga penyebab utama kesakitan dan kematian itu harus diutamakan. Banyak penyakit terkait ISPA bisa dicegah dengan imunisasi, antara lain campak, pertusis, Hib, dan pneumokokus.
Imunisasi juga mencegah penyakit di masa depan. Sebagai contoh, hepatitis B pada bayi bisa mencegah kanker hati pada usia produktif. Karena 90 persen bayi yang dilahirkan ibu dengan infeksi hepatitis B akan terinfeksi virus itu, 95 persen di antaranya berkembang menjadi kronik dan kanker hati.
”Pemberian vaksin dapat melindungi anak dari serangan berbagai penyakit infeksi yang bisa menyebabkan kematian dan kecacatan. Imunisasi merangsang sistem imunologi tubuh untuk membentuk antibodi spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit,” kata Sri Rezeki.
Keuntungan vaksin dapat dirasakan secara individu, sosial, dan menunjang sistem kesehatan nasional. Jika seorang anak telah mendapat vaksinasi, 80-95 persen akan terhindar dari penyakit itu. Hal ini memutus rantai penularan penyakit dari anak ke anak lain atau orang dewasa yang hidup bersama, menurunkan biaya pengobatan dan perawatan di rumah sakit, mencegah kematian dan kecacatan seumur hidup.
Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari mengatakan, pemerintah terus melakukan kegiatan vaksinasi. ”Itu terus berlanjut di seluruh Indonesia,” katanya.
Mengenai adanya kelompok dalam masyarakat yang menolak imunisasi, Menkes menyatakan, penolakan memang pernah terjadi, tetapi sekarang ini sudah jauh berkurang. ”Saya lakukan pendekatan kepada mereka selama dua tahun,” kata Menkes.
Menkes menyatakan, empat vaksin wajib seperti polio, DPT, campak, dan BCG adalah produksi dalam negeri. Karena itu, saat melakukan pendekatan kepada kelompok-kelompok yang menolak vaksin tersebut, ia menjelaskan bahwa keempat vaksin diproduksi oleh Bio Farma. Bio Farma sudah mengekspor vaksin produksinya dan sudah menguasai 35 persen pasar dunia.
Tjandra Yoga menyatakan, cakupan imunisasi tidak menurun, tetapi berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada hepatitis B, penurunan cakupan imunisasi tahun 2007 terjadi karena perubahan kebijakan, yaitu menggabungkan DPT dan hepatitis B apabila bayi sudah berusia di atas tujuh hari.
Keberhasilan imunisasi rutin bergantung pada petugas kesehatan, kesadaran masyarakat, dan alat penyimpan vaksin. Sejak desentralisasi sektor kesehatan, dana operasional imunisasi dilimpahkan ke daerah, pemerintah pusat bertanggung jawab atas pengadaan dan distribusi logistik vaksin ke semua provinsi.
Dalam menjalankan program imunisasi rutin, kendala yang dihadapi adalah banyak posyandu yang tidak aktif lagi di banyak daerah. Karena itu, revitalisasi posyandu mulai dilakukan agar bayi terpantau kesehatannya dan mendapat imunisasi lengkap. (EVY/LOK)
Sumber : Kompas Cetak
Friday, July 31, 2009
4.440 kasus chikungunya di Sumut
Warta - Warta Fokus |
PRAWIRA SETIABUDI WASPADA ONLINE MEDAN – Dari data dinas kesehatan Sumatera Utara (Sumut), hingga Juni 2009, sekitar 4.440 kasus demam cikungunya terjadi Sumut. “Kemungkinan jumlah tersebut akan bertambah, melihat banyaknya kasus chikungunya di daerah Belawan” tutur seksi data dinas kesehatan Sumut, Teguh Supriyadi, kepada Waspada Online, tadi sore. Dari jumlah tersebut, kata Teguh, yang paling besar penderitanya adalah kabupaten Asahan sebanyak 1947 kasus, disusul Labuhan Batu Utara (Labura) 591 kasus, Serdang Bedagai 461 kasus, Tapsel 377 penderita. Selanjutnya, Langkat 334 penderita, Batu Bara 123, Labuhan Batu Selatan (Labusel) 179, Deli Serdang 123, dan Medan sendiri saat ini masih sekitar 5 penderita. “Rata-rata usia penderita, usia 1-4 tahun 3,05%, 5-9 tahun 6,23 persen, 10-14 tahun 6,48 %,15-19 tahun 7,16 % , 20-44 tahun 47,5%, 45-54 tahun 5%, 55-59 tahun 4,87%, 60-69 tahun 5% dan 70 tahun 2%,” paparnya. |
Thursday, July 30, 2009
Pertambahan Kasus-Kasus Positif Influenza H1N1 Indonesia
30 Jul 2009 : Tambahan Kasus Positif Influenza H1N1 Sebanyak 35 Kasus
Influenza A H1N1 ditularkan melalui kontak langsung dari manusia ke manusia lewat batuk, bersin atau benda-benda yang pernah bersentuhan dengan penderita, karena itu penyebarannya sangat cepat. Sejak ditetapkan sebagai pandemi oleh WHO (11/06/2009), di seluruh dunia sampai 27 Juli 2009 tercatat 134.503 orang positif terkena influenza A H1N1.
selengkapnya...
29 Jul 2009 : Dua Puluh Delapan Kasus Baru Influenza A H1N1
Hari ini (29/07/09) kasus baru positif influenza A H1N1 tambah 28 orang (15 laki-laki dan 13 perempuan). Tambahan kasus berasal dari 7 provinsi yaitu DKI Jakarta (13 kasus), Jawa Timur (5 Kasus), Jogjakarta (3 kasus), Jawa Barat (3 Kasus), Banten (2 Kasus), Bali (1 Kasus) dan Sulawesi Utara (1 Kasus). Semua kasus adalah warga Negara Indonesia. 4 Kasus memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri (3 Kasus ke Singapura dan 1 Kasus ke Thailand).
selengkapnya...
27 Jul 2009 : Tambahan 16 Kasus Baru Influenza A H1N1
Hari ini (27/07/09) pukul 19.00 WIB terdapat tambahan kasus baru influenza A H1N1 sebanyak 16 kasus (8 laki-laki dan 8 perempuan). Mereka berasal dari DKI Jakarta (13 kasus) dan Banten (3 kasus). Semua kasus adalah Warga Negara Indonesia. 1 Kasus diantaranya memiliki riwayat perjalanan ke Hongkong.
selengkapnya...
27 Jul 2009 : Tambahan 38 Kasus Influenza A H1N1
Hari ini (27/07/09) kasus positif influenza A H1N1 tambah 38 kasus (25 laki-laki dan 13 perempuan). Mereka berasal dari 9 provinsi yaitu Bali (2 kasus), Banten (9 Kasus), DKI Jakarta (5 kasus), Jabar (2 kasus), Jatim (6 kasus), Kalimantan Selatan (6 Kasus), Kalimantan Timur (2 Kasus), Kepulauan Riau (1 Kasus), Jambi (1 Kasus) dan 4 Kasus WNA dilaporkan dari Sulawesi Utara, Bali dan Surabaya. Kasus terdiri dari 34 WNI dan 4 WNA. Yang memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri sebanyak 6 orang yaitu China, Jepang, Korea, Malaysia, Singapura dan Taiwan.
selengkapnya...
27 Jul 2009 : Meningkatkan Kesiagaan Puskesmas Dalam Penanganan Virus Influenza Baru A-H1N1
Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan Indonesia melalui surat Nomor YM.03.02/BI.4/2371/09 tanggal 22 Juli 2009, mengharapkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, dan Kepala UPT Kesmas di seluruh Indonesia untuk meningkatkan kesiapsiagaan terkait dengan Penanganan Virus Influenza Baru A-H1N1.
selengkapnya...
26 Jul 2009 : Kasus Positif Influenza A H1N1 Tambah 19 Kasus
Hari Sabtu (25/07/09) kasus positif influenza A H1N1 tambah 19 kasus (11 laki-laki dan 8 perempuan). Mereka berasal dari 6 provinsi yaitu DKI Jakarta (3 kasus), Jabar (6 kasus), Jateng (3 kasus) Jatim (3 kasus), Sulawesi Selatan (2 kasus) dan 2 kasus WNA dilaporkan dari Bali. Dari total kasus tersebut terdiri dari 17 WNI dan 2 WNA. Yang memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri sebanyak 6 orang yaitu ke Arab Saudi, Australia, Belanda, Jepang, Maroko dan Singapura.
selengkapnya...
24 Jul 2009 : Kasus Baru Positif Influenza A H1N1 Tambah 21 Orang, Satu Meninggal
Hari ini (24/07/09) kasus positif influenza A H1N1 21 kasus (17 laki-laki dan 4 perempuan). Mereka berasal dari 4 provinsi yaitu DKI Jakarta (8 kasus), Jabar (2 kasus), Jatim, (6 kasus) dan Kalimantan Selatan (5 Kasus). Semua kasus adalah Warga Negara Indonesia. Yang memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri sebanyak 3 orang yaitu Malaysia dan Singapura.
selengkapnya...
23 Jul 2009 : Tambahan Kasus Positif Influenza A H1N1
Hari ini (23/07/09) tambahan kasus positif influenza A H1N1 83 kasus (44 laki-laki dan 39 perempuan). Mereka berasal dari 7 provinsi yaitu DKI Jakarta (17 kasus), Jabar (14 kasus), Banten (45 kasus), Jatim, (4 kasus), dan masing-masing 1 kasus dari Kepri, DIY, dan Bali. Dari jumlah itu 4 diantaranya adalah WNA dan 79 WNI. Yang memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri sebanyak 9 orang yaitu Thailand, Australia, Qatar, Singapura, Malaysia, Jepang, dan Hongkong.
selengkapnya...
22 Jul 2009 : Masyarakat Diminta Tetap Waspada Hadapi Pandemi Influenza A H1N1
Masyarakat diminta tetap waspada hadapi pandemi Influenza A H1N1. Berperilaku hidup bersih dan sehat (PBHS) mempunyai andil besar untuk ikut mencegah penularan influenza A H1N1. Perilaku tersebut diantaranya mencuci tangan dengan sabun atau antiseptik, dan melaksanakan etika batuk dan bersin yang benar. Apabila ada gejala Influenza minum obat penurun panas, gunakan masker dan tidak ke kantor, ke sekolah atau ke tempat-tempat keramaian serta beristirahat di rumah selama 5 hari. Apabila dalam 2 hari flu tidak juga membaik segera ke dokter.
selengkapnya...
Saturday, July 25, 2009
Bocah Perempuan 6 Tahun di Jakarta Meninggal Karena Flu Babi
"Berdasarkan hasil pemeriksaan dan pengobatan, gambaran rontgen dan laboratorium, maka pasien ini menderita pneumonia berat dan hasil pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) menunjukkan positif Influenza A H1N1," ujar Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan (Depkes) Tjandra Yoga Aditama dalam situs resmi Depkes, Jumat (24/7/2009).
Sebelumnya bocah itu dirujuk oleh salah satu RS swasta di Jakarta ke salah satu RS pemerintah di Jakarta pada 19 Juli. Keluhannya adalah demam, batuk, sesak nafas, dan badan lemah. Dalam perawatan, kondisi bocah itu makin memburuk sehingga akhirnya meninggal 22 Juli pukul 21.00 WIB.
"Anak ini sejak beberapa tahun yang lalu mengalami gangguan kesehatan dan delayed development," terang Tjandra.
Sejauh ini flu babi telah menjangkiti 343 orang di Indonesia, terdiri dari 193 laki-laki dan 150 perempuan. Untuk Jumat (24/7/2009) saja, flu babi menjangkiti 21 korban baru di Indonesia (17 laki-laki dan 4 perempuan). Mereka berasal dari 4 provinsi, yaitu DKI Jakarta (8 kasus), Jabar (2 kasus), Jatim, (6 kasus) dan Kalimantan Selatan (5 Kasus).
"Semua kasus adalah Warga Negara Indonesia (WNI). Yang memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri sebanyak 3 orang, yaitu ke Malaysia dan Singapura," imbuh Tjandra.
(sho/sho)
Tuesday, July 21, 2009
Pandemi Flu Babi : Mesir Ingatkan Kaum Lanjut Usia Tidak Naik Haji Tahun Ini
Kairo - Pemerintah Mesir mengingatkan kaum muslim berusia lanjut untuk tidak melakukan umroh ataupun haji tahun ini.
Peringatan ini dikeluarkan menyusul kematian seorang wanita Mesir akibat virus flu H1N1 (flu babi) usai melakukan umroh ke Arab Saudi. Wanita berumur 25 tahun itu menjadi korban tewas pertama di Mesir akibat virus flu babi.
Kementerian Kesehatan Mesir kini mengingatkan, kaum lanjut usia, wanita hamil, anak-anak dan mereka yang menderita penyakit kronis untuk tidak melakukan umroh dan haji. Demikian seperti diberitakan kantor berita resmi Mesir, Mena dan dilansir AFP , Rabu (22/7/2009).
Musim haji tahunan akan berlangsung pada November 2009 mendatang. Selama musim haji itu, lebih dari 2 juta jamaah haji diperkirakan akan memenuhi kota suci Mekkah dan Medinah di Arab Saudi.
Warga Mesir pun diimbau untuk menunda kepergian mereka ke tanah suci. Tujuannya untuk menghindari risiko tertular flu babi.
Bulan lalu pemerintah Arab Saudi juga mengingatkan kaum lanjut usia dan wanita hamil untuk tidak melakukan umroh dan haji. Pemerintah Oman mengeluarkan peringatan serupa pada 6 Juli lalu.
Sebelumnya, pemerintah Tunisia telah menunda semua keberangkatan umroh. Namun negeri itu masih mempertimbangkan apakah akan mengirimkan jamaahnya untuk naik haji pada November mendatang.
Rita Uli Hutapea - detikNews
(ita/iy)
Wednesday, July 15, 2009
Kantong Kresek Hitam Berbahaya
(istimewa)
INILAH.COM, Jakarta - Kemasan plastik berbahan polietilen (PE) dan polipropilen (PP) paling aman digunakan untuk makanan jika dibandingkan jenis kemasan plastik yang lain.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Husniah Rubiana Thamrin Akib mengatakan, "Dari seluruh jenis kemasan makanan plastik, PE dan PP paling banyak digunakan dan paling aman," kata Rubiana di Jakarta, Selasa, [14/7].
Ia menjelaskan, plastik PE terbuat dari monomer etilen sedang plastik PP dari monomer propilen. Sifat kedua bahan ini sangat mirip.
Sementara kemasan plastik lain seperti kemasan plastik 'kresek' berwarna dan kemasan plastik berbahan polivinil klorida (PVC), kata dia, dalam keadaan tertentu cenderung kurang aman untuk mewadahi makanan.
Ia menjelaskan, kemasan plastik kresek, terutama yang berwarna hitam, dibuat melalui proses daur ulang dengan penambahan bahan kimia tertentu, riwayat penggunaannya tidak jelas, dan kurang terjamin kebersihannya.
Sedangkan PVC dibuat dari monomer vinil klorida.
"Monomer vinil klorida yang tidak ikut bereaksi dapat terlepas ke dalam makanan, terutama yang berminyak/berlemak atau mengandung alkohol," katanya.
Pembuatan plastik PVC, kata dia, kadang menggunakan penstabil berupa Timbal (Pb), kadmium (Cd), dan timah putih (Sn) untuk mencegah kerusakan serta senyawa ester ptalat dan ester adipat untuk melenturkan.
Bahan-bahan tambahan itu, dalam keadaan tertentu bisa terlepas ketika kemasan plastik PVC digunakan untuk mewadahi makanan sehingga berisiko membahayakan kesehatan.
"Pb merupakan racun bagi ginjal, Cd racun bagi ginjal dan memicu kanker, senyawa ester ptalat dapat mengganggu sistem endokrin," kata Rubiana.
Direktur Bidang Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya BPOM Roland Hutapea mengatakan, pihaknya melakukan pengujian terhadap 11 sampel kemasan plastik berbahan PVC dan menemukan satu diantaranya tidak memenuhi syarat karena residu timbalnya melebihi ambang batas.
"Satu jenis tutup kue tart plastik transparan berbentuk silinder dilengkapi alas warna hitam berbentuk lingkaran dengan diameter 28 sentimeter kandungan timbalnya 8,69 bagian per juta, harusnya maksimal satu bagian per juta," kata Roland.
Oleh karena itu, masyarakat sebaiknya memperhatikan label di bagian belakang kemasan plastik untuk memastikan keamanan kemasan plastik yang digunakan.
Kemasan plastik berbahan polietilen tereftalat (PET) berlabel angka 01 dalam segitiga, High Density Polyethylene (HDPE) berlabel angka 02 dalam segitiga, PVC berlabel angka 03 dalam segitiga.
Kemudian, Low Density Polyethylene (LDPE) berlabel angka 04 dalam segitiga, PP berlabel angka 05 dalam segitiga dan polistiren berlabel angka 06 dalam segitiga. [*/L1]
Monday, July 13, 2009
Viruses resistant to oseltamivir (Tamiflu) identified
Pandemic (H1N1) 2009 briefing note 1
8 JULY 2009 | GENEVA -- WHO has been informed by health authorities in Denmark, Japan and the Special Administrative Region of Hong Kong, China of the appearance of H1N1 viruses which are resistant to the antiviral drug oseltamivir (known as Tamiflu) based on laboratory testing.
These viruses were found in three patients who did not have severe disease and all have recovered. Investigations have not found the resistant virus in the close contacts of these three people. The viruses, while resistant to oseltamivir, remain sensitive to zanamivir.
Close to 1000 pandemic H1N1 viruses have been evaluated by the laboratories in the Global Influenza Surveillance Network for antiviral drug resistance. All other viruses have been shown sensitive to both oseltamivir and zanamivir. WHO and its partners will continue to conduct ongoing monitoring of influenza viruses for antiviral drug resistance.
Therefore, based on current information, these instances of drug resistance appear to represent sporadic cases of resistance. At this time, there is no evidence to indicate the development of widespread antiviral resistance among pandemic H1N1 viruses. Based on this risk assessment, there are no changes in WHO's clinical treatment guidance. Antiviral drugs remain a key component of the public health response when used as recommended.
Source: WHO
Sunday, June 28, 2009
Indonesia : 6 orang positif flu babi di RI
Sunday, 28 June 2009 16:52 WIB | |
WASPADA ONLINE JAKARTA - Dua orang yang diduga terjangkit virus H1N1, yakni WA dan BM dinyatakan negatif terjangkit flu babi. Namun, kini Departemen Kesehatan menemukan enam orang yang dinyatakan positif terjangkit virus mematikan itu. Mereka terdiri dari tiga WNI dan tiga WNA. "Pada tanggal 28 Juni 2009 kita menemukan tambahan enam kasus flu babi positif. Di antaranya, terdiri dari tiga WNA dan tiga WNI," kata menteri kesehatan, Siti Fadilah Supari, dalam jumpa pers di rumah dinasnya, Jl Denpasar, Jakarta, sore ini. WNA yang terjangkit virus H1N1 itu adalah tiga pria asal Australia berinisial GC, 12, MT, 14, dan JA, 10. Sementara WNI yang positif terjangkit flu babi adalah seorang pria berinisial TP, 19, dan dua perempuan, yakni AG, 18, dan AM, 22. "Saat ini, enam orang itu ada ada di RSUP Sanglah, Denpasar, Bali, untuk yang WNA. Sementara yang tiga WNI tadi dirawat di RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, Jakarta," jelas Siti. Kondisi keenam korban itu, lanjut Siti, dalam keadaan baik-baik dan tidak tampak seperti orang sakit. Para korban WNI terjangkit virus tersebut setelah melakukan perjalanan ke Singapura. "Kalau yang AG dan TP ini saudara. Mereka jalan-jalan ke Singapura. Kalau yang AM itu dia habis jalan-jala dari Australia. Nah, kalau yang WNA itu dia tertularnya di pesawat Garuda," paparnya. Menkes juga mengatakan, dari 47 orang yang diduga terkena flu babi semua sudah dinyatakan negatif. "Belum ada penularan dari orang Indonesia ke Indonesia. Semuanya dari luar. Maka dari itu harus hati-hati untuk pergi ke luar negeri," pungkasnya. (red00/inilah) |
Saturday, June 27, 2009
Menkes hormati fatwa haram vaksin meningitis
Sunday, 28 June 2009 08:37 WIB | |
WASPADA ONLINE JAKARTA - Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menyatakan menghormati fatwa haram Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang vaksin meningitis yang diwajibkan pemerintah Arab Saudi bagi jamaah haji. "Kami menghormati fatwa ulama. Mudah-mudahan ulama dan umarak bisa bergandengan melayani kepentingan umat," katanya di Jakarta, tadi malam. Ia mengaku tidak bisa mengambil keputusan ketika MUI telah mengeluarkan fatwa haram karena Depkes hanya bagian kecil dari lembaga pemerintah yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan jamaah haji. "Setelah difatwa haram, saya tentu akan mengembalikan ke Menteri Agama untuk mengambil langkah-langkah berikutnya," katanya. Ia juga menyatakan, Depkes juga tidak bisa ikut-ikutan mempengaruhi ketentuan tentang keputusan halal dan haram karena merupakan wilayah ulama. "Depkes sangat menyadari karena tidak hanya bertanggung jawab kepada negara, tapi juga kepada Allah," katanya. Siti Fadilah mengatakan, pemberian vaksin meningitis bukanlah permintaan dari Depkes namun ketentuan yang diwajibkan pemerintah Arab Saudi bagi setiap jamaah haji. Setiap calon jamaah yang berangkat haji harus divaksin. Bila tidak divaksin, mereka tidak bisa mendapatkan visa. Ketentuan ini diberlakukan bagi calon jamaah haji Indonesia sejak tahun 1988. Hal yang sama sudah diberlakukan bagi calon jamaah haji 77 negara Islam di dunia. Hanya saja, kata Menkes, jika ulama Indonesia menyatakan vaksin meningitis haram, ulama dari 77 negara justru mengatakan halal. "Saya tidak tahu kenapa sekarang masalah ini baru terbuka. Padahal ini juga diberlakukan bagi jamaah haji dari 77 negara Islam di dunia," kata Siti Fadilah. Ia menyatakan, Depkes sangat bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan calon jamaah haji mulai dari keberangkatan, dalam perjalanan hingga pulang. Penggunaan vaksin meningitis, katanya, diwajibkan bagi calon jamaah haji, jamaah umrah, dan pekerja musiman karena virus meningitis bisa mengakibatkan radang selaput otak yang bisa menimbulkan cacat dan kematian. Pada 1987, katanya, tercatat 99 jamaah haji Indonesia yang meninggal akibat meningitis. Sementara sejak periode 1998-2005 tidak ada lagi dilaporkan jamaah haji yang meninggal, setelah penggunaan vaksin. Dia mengatakan, pihaknya kini menunggu fatwa MUI karena pada Juli 2009 pengurusan visa calon jamaah haji Indonesia harus diurus. Menkes yakin pemerintah Arab Saudi tidak akan mau menguruskan visa manakala masalah ini belum selesai. Dikhawatirkan hal ini bisa menjadi hambatan bagi calon jamaah haji Indonesia berangkat tahun ini. Sebagai solusi terhadap persoalan ini, katanya, Indonesia siap memproduksi sendiri vaksin meningitis berlabel halal pada 2010. "Insya Allah kita sudah persiapkan sejak 2 - 3 tahun terakhir," katanya. Indonesia, katanya, merupakan salah satu negara yang sudah mendapat sertifikasi dalam memproduksi vaksin secara internasional. Ini sudah disetujui negara-negara Islam lain. "Yang tidak setuju hanya Arab Saudi dan Mesir," katanya. Menkes juga membatah Malaysia sudah mampu memproduksi vaksin meningitis sendiri. "Saya sudah cek ke sana. Tidak benar Malaysia memproduksi vaksin. Yang benar, vaksin meningitis hanya diproduksi di satu negara. Jadi vaksin yang digunakan jamaah haji Malaysia dan Indonesia sama," katanya. Kasus vaksin meningitis berenzim babi awalnya ditemukan dari hasil penelitian Lembaga Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan Kosmetika MUI Sumsel yang bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (Unsri) Palembang. Hasil penelitian tersebut kemudian diekspose Ketua MUI Sumsel KH Sodikun, 24 April. Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Pusat Husniah Rubiana Thamrin dan Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) MUI, Anna Priangani, membenarkan pembuatan vaksin meningitis menggunakan lemak babi. (dat05/ann) |
Sunday, June 7, 2009
Hati-hati Menggunakan Peralatan Makan dari Melamin
03 Jun 2009 | ||
Masyarakat diminta berhati-hati menggunakan peralatan makan dari melamin karena berdasarkan hasil pemeriksaan Badan POM, 30 produk peralatan makan melamin berupa piring, mangkuk, sendok, garpu, gelas, dan sodet yang beredar di Indonesia terbukti positif melepaskan formalin dan melamin yang berpotensi membahayakan kesehatan. Hal itu disampaikan oleh Kepala Badan POM Dr. Husniah Rubiana Thamrin Akib, MS, M.Kes, SpFK kepada para wartawan di Jakarta, Senin 1 Juni 2009 ketika mengumumkan Peringatan/Public Warning tentang Peralatan Makan dari Melamin. Hasil uji laboratorium yang dilakukan oleh Badan POM terhadap 62 produk sampel peralatan makan melamin menemukan 30 produk yang positif melepaskan formalin dan melamin bila digunakan untuk mewadahi makanan yang berair atau berasa asam, terlebih lagi dalam keadaan panas. Kadar formalin yang dilepaskan produk-produk tersebut bervariasi, mulai dari kategori rendah (1 ppm) hingga kategori tinggi (161 ppm), kata Kepala Badan POM. Lebih lanjut dikatakan, formalin dan melamin yang dilepaskan oleh peralatan makan tersebut berpotensi membahayakan kesehatan karena bisa menyebabkan timbulnya kanker, batu ginjal, gagal ginjal, menyerang saluran kemih, serta rusaknya organ-organ tubuh dan menyebabkan kematian, ujar Dr. Husniah. Secara kasat mata, produk-produk yang berbahaya bagi kesehatan ini tidak dapat dibedakan dari produk sejenis yang tidak berbahaya, sehingga untuk mengetahui produk tersebut berbahaya atau tidak harus dilakukan pengujian di laboratorium. Dari 30 produk yang terbukti positif mengeluarkan formalin tersebut, ada beberapa yang merupakan produk dalam negeri namun sebagian besarnya adalah produk impor dari negara Cina, dilihat dari tulisan yang ada di bagian belakang produk tersebut seperti “ZAK Designs China”, “Mei Shin Melamine”, dan “Melamine Ware Made In China”. Produk-produk yang dijadikan sampel ini ditemukan beredar di supermarket dan pasar-pasar tradisional. Menanggapi mengenai banyaknya produk yang berbahaya beredar di Indonesia. Dr. Husniah mengatakan bahwa pihaknya tidak bisa melakukan penarikan terhadap produk-produk melamin tersebut karena izin edarnya berasal dari Departemen Perdagangan & Perindustrian. Untuk menindaklajutinya Badan POM telah melaporkan hasil temuan ini dan berkoordinasi dengan semua pihak terkait agar produk-produk yang berpotensi membahayakan kesehatan masyarakat ini tidak lagi beredar di Indonesia, ujar Dr. Husniah. Bagi masyarakat yang memerlukan informasi lebih lanjut atau yang menemukan produk tersebut dapat menghubungi Badan POM RI melalui Unit Layanan Pengaduan Konsumen di nomor telepon 021-4263333 dan 021-32199000 atau melalui e-mail ulpk@pom.go.id dan uplkbadanpom@yahoo.com atau melihat di website Badan POM, www.pom.go.id |
Monday, June 1, 2009
1172 orang setiap hari mati karena rokok
1172 orang setiap hari mati karena rokok |
Monday, 01 June 2009 20:31 WIB | |
SATRIADI TANJUNG WASPADA ONLINE MEDAN - Berdasarkan laporan Economic Analysis on Tobacco Use tahun 2004, rokok diperkirakan membunuh 427.948 tahun 2001 atau rata-rata per harinya sebanyak 1172 orang di Indonesia. "Setiap tahunnya, angka perokok pada tingkat pemula terus meningkat, sehingga itu menjadi ancaman besar bagi anak-anak," kata ketua badan pengurus yayasan Pusaka Indonesia, Edi Ikhsan, kepada Waspada Online, malam ini. Hal yang menarik, kata Edy, semakin rendah tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi pula persentase perokok yakni, 67% tidak tamat SD dan 47,8% lulusan perguruan tinggi. Semuanya itu, sebut Edy, karena di Indonesia akses untuk mendapatkan rokok begitu mudah, bahkan anak-anak pun dapat menjangkaunya. "Prevalensi perokok pemula usia antara 15-19 tahun setiap tahunnya terus meningkat, dari 13,7% (1999) menjadi 24,2% (2000) dan 32,8% (2004). Hal itu dikarenakan tidak adanya larangan bagi siapapun yang ingin mendapatkan rokok termasuk anak-anak, bahkan orang dewasa sering menyuruh anak-anak untuk membelikan rokok baik dalam bentuk bungkusan maupun batangan," ujarnya. Hal-hal seperti itu, sebut Edy, perlu menjadi perhatian bersama, tidak saja masyarakat tetapi juga pemerintah. Karenanya, tambah Edy, melalui peringatan hari tanpa tembakau, publik diharapkan dapat bersama-sama menjadikan slogan "merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin" bukan hanya sekedar retorika, melainkan juga harus menjadi realita. Senada dengan itu, kordinator forum Sadar, Elvi Handriany menambahkan, salah satu faktor mendorong anak untuk merokok adalah iklan promosi dan sponsor rokok bagi setiap kegiatan. Industri rokok demikian kreatif membuat iklan yang mempengaruhi kaum remaja Indonesia. Karenanya, event-event seperti gerak jalan sehat merupakan salah satu kampanye pelarangan iklan, promosi dan sponsor rokok bagi anak. Dari kegiatan itu, tambah Elvi, diharapkan, tidak saja anak-anak tetapi juga masyarakat lebih peduli terhadap kesehatannya dan mendorong lahirnya kebijakan terkait larangan merokok di tempat umum. (dat01/wol-mdn) |
Friday, May 15, 2009
Malaysia pushing for WHO to adopt exit screening
PUTRAJAYA (May 15, 2009): Malaysia is pushing for the World Health Organisation (WHO) to adopt a requirement for affected countries to implement exit screening to stop the spread of the new Influenza A disease, following concerns that a second wave of the H1N1 disease can be more deadly.
Health Minister Datuk Seri Liow Tiong Lai said currently WHO did not make exit screening mandatory to contain the spread of the disease and this had created tremendous pressure on other countries that were not affected by the outbreak to remain so.
WHO is not recommending travel restrictions following the outbreak, but has advised individuals who are ill to delay their travel plans and returning travellers who fall ill, to seek appropriate medical care.
The issue of exit screening was first brought up during the Asean Plus Three Health Ministers Meeting in Bangkok last week, but some countries were against making it mandatory as it would have an impact on travel and trade, especially at a time when many countries are facing an economic downturn, with huge costs involved.
"If we can have travellers from affected countries screened before they are allowed to travel out, this will help us to contain the spread of such virus to other places," he told Bernama here before leaving for the 62nd WHO General Assembly in Geneva, Switzerland.
The general assembly, scheduled for May 18-22, will discuss a number of public health issues, including pandemic influenza preparedness, sharing of information on the influenza virus and access to vaccines and other benefits.
Liow said Malaysia and some other countries would push for WHO to adopt exit screening as a compulsory measure in the case of any outbreak in any country.
"We are pushing for this during the WHO general assembly in Geneva this weekend. Even at the Asean Plus Three Health Ministers Meeting in Bangkok (last week), not all countries agreed to it. But we hope WHO will pay attention to this," he said.
Apart from that, Liow said Malaysia would get the latest information on the H1N1 virus from WHO, as well as on the development of new vaccines while looking into stockpiling more anti-viral drugs for the country.
"We would like to bring to WHO's attention on the need for equal distribution of anti-viral drugs as well as other stockpiles as we are worried about the second wave of attack," he said.
Experts have said the Influenza A(H1NI) outbreak is similar to the 1918 influenza pandemic as the viruses are similar and mutated.
The 1918 influenza pandemic, which killed tens of millions of people, began mild and returned within six months in a much more lethal form.
"We've got to be prepared for this second, or even possible third wave while the government has decided to take all the precautionary measures as a long-term or permanent solution to the influenza outbreak although it has not hit us yet," Liow said.
WHO said the new H1N1 flu virus could still mutate into a more virulent form and spark an influenza pandemic that could be expected to circle the globe up to three times.
The world health body has warned that the impact of any pandemic would vary, as a virus that causes only mild illness in countries with a strong healthcare system can become "devastating" in those with a weak healthcare system, shortage of drugs and poorly equipped hospitals.
According to WHO, the H1N1 viral infection, commonly referred to as swine flu, "appears to be more contagious than seasonal influenza and nearly the
world's whole population lacks immunity to the new disease".
So far, the virus shows no signs of sustained person-to-person spread outside North America.
Some 6,497 people have been infected in 33 countries, according to WHO's tally on Friday with the hardest hit being Mexico with 60 deaths so far. – Bernama